Di Malaysia sini, mobil disebut dengan kereta. Mungkin pelesetan dari car hehe. Bagi saya dan suami, mobil alias kereta adalah barang mewah. Sampai-sampai kami tidak berani bermimpi untuk memilikinya. Tapi, pandangan itu bergeser, ketika kami tiba di Malaysia. Suami melanjutkan S-3 di tanah semenanjung ini.
Alamak, kereta bukanlah barang mewah di Malaysia. Bagaimana tidak, hampir semua keluarga memiliki kereta. Bahkan satu rumah bisa memiliki lebih dari satu kereta. Saya sempat terbengong-bengong ketika diajak ke rumah teman suami. Di sepanjang jalan, kereta-kereta baru berderet diparkir di tepi jalan. Kereta-kereta bagus itu diletakkan begitu saja di pinggir jalan tanpa naungan. Mobil tersebut terpaksa diparkir di pinggir jalan, karena halaman rumah sang empunya kereta sudah penuh.
Usut punya usut, ternyata rakyat Malaysia memiliki kereta dengan cara kredit. Di sini kredit kereta bisa tanpa uang muka sama sekali. Walaupun ada uang muka relatif murah, kisaran di bawah lima juta. Bengong kan? Bunga kredit pun rendah dan bisa dicicil dalam jangka waktu yang lama. Makslimal 10 tahun. Kebayang kan, dengan pendapatan rata-rata penduduk di Malaysia yang lumayan tinggi, tidak sulit untuk menyicil kereta.
Saking mudahnya mereka memiliki kereta, alhasil sering gonta-ganti kereta. Ibarat kita gonta-ganti hp. Dapat diduga, harga kereta bekas anjlok. Apalagi yang sudah berusia di atas 10 tahun. Kami sering mendapati kereta setengah dibuang di pinggir jalan. Dibiarkan begitu saja, tidak dipakai atau diservis. Seorang teman iseng menanyakan salah satu kereta yang terparkir lama di bawah pohon. Tanpa diduga, kereta itu diberikan begitu saja. Memang sih kereta tua, tapi mana ada di tanah air orang buang mobil begitu saja.
Kemudahan memiliki kendaraan pribadi, berakibat kendaraan umum minim. Apalagi di daerah kampus, harus menggunakan taxi. Hal ini cukup merepotkan bagi kami. Mau tidak mau akhirnya berpikir untuk punya kereta. Gayung bersambut. Seorang teman yang sudah selesai studi, bermaksud menjual mobilnya. Sedan keluaran tahun 1978 itu hanya dihargai 1 juta. Murah banget. Kami pun bersuka cita punya mobil baru. Walaupun kondisinya tidak mentereng.
Keputusan kami membeli mobil, bukan semata untuk keperluan pribadi. Tetapi juga untuk menunjang aktifitas dakwah. Setiap akhir pekan kami harus mengisi talim di tempat tinggal TKI. Jaraknya lumayan jauh, bahkan ada yang tinggal di tengah-tengah kebun sawit. Acara talim diadakan malam hari, karena TKI bekerja pada siang hari. Sehingga kami pulang ke rumah pada tengah malam.
Kehadiran kereta tua ini sangat membantu aktifitas kami yang padat. Apalagi saya dan suami mengisi talim di tempat yang berbeda dan jaraknya jauh. Jadi suami dalam seminggu bisa dua sampai tiga kali ke tempat TKI.
Kami beberapa kali mengalami pengalaman yang menakjubkan. Mobil tua kami kondisinya tidak terlalu bagus. Mobil itu sering masuk bengkel. Ada saja yang rusak. Pernah suatu hari, kami pergi berbelanja ke supermarket. Ketika dalam perjalanan pulang, beberapa meter lagi sampai, tiba-tiba penampang setir ambruk. Dan mobil pun berhenti mendadak. Untungnya sudah dekat ke rumah. Kejadian seperti itu sering kami alami. Namun anehnya, ketika mobil dipakai untuk berdakwah tidak sekalipun mogok. Padahal jarak yang kami tempuh cukup jauh. Dengan gagahnya mobil tua itu melaju membelah gelapnya malam.
Mobil tua biasanya boros bensin. Itu pun sangat kami rasakan. Namun, anehnya seringkali kami melihat bensin hanya berkurang sedikit, ketika mobil kami bawa dinas dakwah. Kami membiayai operasional dakwah dari kantong masing-masing. Organisasi kami tidaklah memiliki uang kas yang banyak. Kami pun dengan ikhlas merogoh kocek untuk membiayai dakwah. Karena kami yakin jual beli dengan Allah adalah sebaik-baik perniagaan.
Kisah kereta tua ini, tidak hanya milik kami. Tapi juga teman-teman seperjuangan lainnya. Ada seorang teman yang memiliki kereta tahun 70-an, suatu malam Dia mengisi talim ke tempat yang cukup jauh. Ketika pulang accu-nya bermasalah sehingga kereta itu berjalan tanpa nyala lampu satu pun, bahkan kereta itu tidak bisa distater lagi kalau sudah berhenti. Walkisah sang sopir, si empunya kereta harus berusaha supaya kereta itu tidak berhenti mendadak dan harus berjalan dalam kegelapan malam.
Sepanjang jalan dia dan istrinya tidak lepas berzikir dan berdoa untuk keselamatan, Subhanallah atas izin Allah sampai juga di rumahnya dengan selamat tidak kurang suatu apapun.
Ada kisah lain dengan kereta yang lebih tua lagi, suatu hari Kami harus datang ke tempat yang sangat jauh sekitar 100 Km untuk mengadakan seminar. Nah teman yang satu ini lupa membayar pajak mobil, dia baru ingat ketika sudah dalam perjalanan. Di Malaysia sini sering sekali ada razia mobil yang tidak bayar pajak, kebetulan hari itu ada razia. Kalau sampai kena razia harus bayar saman sekitar Rm 500,00. Teman beserta keluarganya sudah pasrah pasti kena saman (denda). Tapi subhanallah tidak kena, padahal polisi mengawasi terus dan memberhentikan kendaraan. Alhamdulillah semuanya mengucap syukur akan pertolongan Allah.
Masih ada kisah lain tentang kereta tua. Diluar kelaziman rakyat tempatan (warga negara Malaysia), kami memilki seorang sahabat yang sangat luar biasa ditengah ujian yang dihadapinya. Sang suami menderita stroke sehingga tidak bisa berjalan. Beliau memiliki sebuah kereta Van. Kereta ini menjadi andalan kami untuk digunakan dalam aktifitas dakwah karena bisa menampung banyak orang.
Kalau kami pinjam kereta ini, si empunya kereta sudah mengisi bensin penuh. Kalau kami isi lagi bensin beliau akan marah.
“Kenapa anta tak memberikan kesempatan kepada Saya untuk berjihad di jalan Allah. Hanya kereta ini yang Kami miliki silahkan gunakan untuk dakwah,” begitu katanya dengan mata berkaca-kaca. Bahkan sekarang kereta ini digunakan sepenuhnya untuk dakwah.
Mungkin di hadapan manusia kereta-kereta tua ini tidak ada harganya, hanya dianggap seonggok barang rongsokan. Kalah mentereng dengan mobil-mobil mewah keluaran terbaru. Tapi tidak dihadapan Allah, karena kereta-kereta tua ini digunakan untuk tujuan suci “menyeru manusia ke jalan Allah”. Berkat kereta-kereta tua ini cahaya Islam kembali bersinar dari balik pohon-pohon sawit, di tengah ladang nanas bahkan di tengah-tengah kandang ayam.
Berkat kereta tua ini berapa ratus orang yang kembali dalam pelukan Islam merasakan nikmatnya bermunajat kepada Allah dan kembali merasakan indahnya jalinan ukhuwah. Bisa jadi Kereta ini kelak akan menjadi kereta surga.
sumber : finance-bisnis.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar